Apa perasaanmu saat kebelet belanja?
Bagi beberapa orang yang emang punya budget atau nggak perlu musingin uang, saat kebelet belanja bukanlah masalah.
Toh mereka bisa langsung checkout tanpa perlu mikir panjang.
Tapi, bagi kamu yang punya tujuan finansial dan harus berjuang demi goal itu, saat kebelet belanja adalah momen yang mengerikan.
Bayangin skenario di bawah.
Momen Kebelet Belanja
Act I : Window Shopping
Kamu berdiri di dalam outlet fashion kelas internasional dan menyentuh setiap potong pakaian.
Ngerasain lembutnya bahan-bahan mahal yang biasa dilihat di Instagram.
Setiap baju dipas-pasin ke badan, disentuh-sentuh dan mikir dalam hati.
‘Wow, this is nice’.
Act II : Kepengen Punya
Makin dilihat makin soor.
Istilahnya jatuh cinta pandangan pertama dan kepengen memiliki.
Kamu pun twirling dengan baju itu, ngeliatin betapa fit-nya pakaian dengan tubuhmu.
Gimana bisa potongan pakaian yang tepat bikin kamu jadi orang yang fresh dan menarik gini?
Act III : Kebelet Belanja
Kemudian tanganmu meraba tag pakaian, berapaan sih harganya?
Saat matamu nemuin harganya, kamu membatin kaget. “Mak, mau diet berapa tahun gua buat beli ini?” “God, this price is killing me.”
Tapi kembali lagi kamu ngeliatin cermin. Whoa, bagus banget potongannya dibadanmu.
Otak bilang : Harganya kemahalan. Nggak usah belanja dulu. Budget udah nggak ada.
Hati bilang : Ya ampun! Sekali setahun doang! Pas ada budget barangnya udah habis. Nggak akan ketemu lagi barang sebagus ini!
Dan seringnya perasaan mengalahkan akal sehat.
Menahan Keinginan Belanja
Apa perasaanmu saat ngebayangin skenario di atas? Dejavu? Berasa gua banget?
Saya sendiri masuk dalam golongan orang yang susah mengontrol keinginan belanja. Apalagi kalo udah suka.
Karena ngikutin quote teman-teman di kantor :
Lebih baik nyesal beli barang, daripada nyesal nggak punya barang!
Jadi lebih baik beli dan tahu rasanya, ketimbang penasaran dan kepikiran melulu.
Di sisi lain, ada orang yang kontrol dirinya kuat.
Mereka mikir panjang sebelum belanja, untuk mastiin uang nggak keluar dari dompetnya dengan mudah.
Kalo kamu ada di golongan kedua, skip artikel ini untuk lanjut ke artikel lainnya seperti :
Sementara kalo kamu masuk dalam golongan yang pertama, yuk lanjutin artikel ini.
Mikir Dulu Sebelum Checkout
Dengan mengakui bahwa kamu termasuk tipe yang susah menahan diri sebelum belanja, kamu sudah selangkah lebih dekat dalam proses mengelola keuangan pribadi.
Untuk orang-orang yang susah hemat, biasanya ada aja barang yang harus dibeli.
Rasanya kemanapun jari nyentuh layar smartphone, selalu jumpa barang baru yang bikin penasaran.
Karena seperti kalimat di artikel Prinsip Mengelola Keuangan Pribadi, ini adalah jaman dimana semua orang jualan.
Ada aja yang didagangin, baik oleh keluarga sendiri, teman sendiri atau kenalan yang bahkan nggak pernah jumpa secara langsung.
Sehingga kamulah yang harus belajar membentengi diri sendiri.
- Memfilter apa yang perlu dan nggak.
- Memilih mana yang urgent dan belum penting.
Coba pake quote ini :
Lebih baik punya uang daripada punya barang.
Kalo kamu punya uang, kapanpun kamu butuh, barang apapun akan tersedia atau ada alternatifnya.
Sementara saat kamu butuh uang, barangmu tetaplah jadi barang.
Jadi, yok belajar gimana cara mengubah mindset dan mikir berkali-kali sebelum belanja, sekalipun saat mau checkout barang murah.
Tanyain 7 pertanyaan ini pada diri sendiri sewaktu lagi kebelet belanja, untuk membuat keputusan belanja yang paling baik.
KONTEN ARTIKEL
1. Butuh atau nggak?
Coba tunjuk tangan, siapa yang pernah beli barang yang nggak kepake?
Bukan barangnya nggak berguna, ya emang nggak kepake aja.
Entah karena nggak pernah ada momen untuk dipake, nggak applicable dalam hidup atau sebenarnya nggak guna buat kamu.
Saya akan tunjuk tangan paling tinggi. Suer deh, sebelum saya belajar berhemat saya termasuk orang boros yang aneh.
Saya bisa beli printilan-printilan yang bikin saya nggak habis pikir saat ini. Buat apa?
- Satu kotak peralatan craft yang sudah bertahun-tahun nggak pernah saya sentuh.
- Beberapa helai pakaian yang nggak pernah sekalipun saya kenakan.
- Peralatan olahraga yang nggak pernah saya pakai.
- Setumpuk sheetmask yang akhirnya dibagi-bagiin ke orang lain.
- Masker tube segambreng yang udah mau expired dan nggak habis-habis.
Dan list-nya akan menjadi panjang sekali dan random.
Poinnya adalah waktu saya liat barang-barang tersebut, suhu tubuh saya mendadak panas.
Saya mendadak kepengen banget dan berpikir bahwa ‘Hey, gua benar-benar butuh barang ini’.
Semua dari kita akan sampai di momen itu. Sehingga saat ketemu momen kebelet belanja, mending tutup layar online shop-nya dan nyari udara segar dulu.
Coba pikirin panjang lebar, seberapa butuh kamu akan barang itu?
Kalo jawabanmu tidak, ya sudah. Stop!
Kalo jawabanmu iya, pindah ke pertanyaan selanjutnya.
2. Bakalan kepake apa nggak?
Mungkin kamu emang butuh pensil baru itu. Bisa jadi kamu perlu sepatu lari yang baru.
Okaylah kalo kamu merasa bahwa kamu butuh, tapi apakah barang ini akan kepake?
Contohnya mau beli sepatu lari, sudah tahu sepatu yang sekarang masih bagus, kapan kepake-nya sepatu baru itu?
‘Iya, tapi ini lagi diskon. Nggak akan semurah ini lagi nanti.’
Tapi kamu mungkin nggak akan ganti sepatu tahun ini. Jadi mau dianggurin gitu saja selama setahunan?
‘Kan bisa gonta ganti.’
Lha, emangnya kamu lari tiap hari? #lariseminggusekali
Dari diskusi singkat seperti ini, kamu akan temukan barang yang emang kamu butuhkan, tapi nggak akan kepake.
Contoh paling sederhana bagi saya adalah payung.
Semua orang tahu kalo payung itu penting.
Tapi saya sudah lupa kapan terakhir kali saya pake payung, karena ribet banget bawain sebatang payung kemana-mana, jadi basah dikit nggak masalah deh.
Dari contoh kelihatan bahwa barangnya emang dibutuhkan.
Tapi saat ngeliatin karakter diri sendiri yang malas atau nggak suka repot, barang itu ujungnya nggak akan kepake.
Jadi mending gak usah beli, ketimbang jadi pajangan di gantungan tas. Sakitt liatnya.
3. Mahal nggak sih?
Kemahalan nggak sih harga barang tersebut?
Kamu selalu punya pilihan untuk ngecek ke toko sebelah, ngeliatin market place lainnya. Atau cari tahu harganya di mesin pencari.
Jaman sekarang belanja kemahalan itu adalah dosa ke diri sendiri.
Dan sedihnya saya sering lihat di market place online masih ada pembeli yang belanja di toko yang harga barangnya mahal banget.
Kadang kaget, setelah bandingin harga dan ngeliatin masih ada pembeli yang rela bayar harga 2 kali lipat dibanding harga normal.
Kok bisa?
Alasannya cuman satu. Bagi dia harganya normal. Karena dia nggak ngecek, dia nggak tahu harga pasaran dan dia nggak mau repot.
Jadi sebelum bayar, pastikan harga barang yang kamu beli sudah yang terbaik, entah dari diskonnya, cashback-nya, layanan penjual, atau perbandingan dengan penjual lain.
Baca Juga :
4. Ada toko lain yang jual lebih murah?
Dalam proses bandingin harga, kamu akan cari tahu apakah ada toko yang menjual barang serupa dengan harga lebih murah?
Akan selalu ada perbedaan di setiap penjual.
Mungkin secara rata-rata margin mereka sama, tetapi mereka akan naikin harga di satu produk dan jual murah di produk lain.
Tugas kamu adalah membandingkan dan dapetin harga paling murah. Kalo emang ada dua toko, ya split saja belanjanya, dengan catatan ongkirnya free.
Apapun yang masuk akal dah.
Karena kamu melakukannya untuk menghemat uang sendiri.
Pokoknya jangan capek untuk nanya ke diri sendiri, toko lain bakalan lebih murah nggak ya?
5. Ada barang pengganti yang lebih murah?
Mungkin barang yang kamu mau dan butuhkan dan akan kepake itu adalah barang yang cukup mahal.
Sehingga coba mikir apakah ada barang pengganti yang harganya lebih murah? Ada nggak merk lain yang kualitasnya mirip tapi lebih terjangkau?
Beda merk seharusnya nggak jadi masalah.
Karena yang kamu butuhkan adalah fungsi dan kualitasnya.
Jangan capek untuk selalu cari tahu produk pesaing / produk alternatif yang harganya lebih miring.
6. Gua masih ada sisa uang buat beli ini?
Duh, apakah masih ada budget buat belanja barang ini?
Dan ini adalah poin yang penting.
Lebih baik nggak memaksakan diri untuk belanja saat budget nggak mencukupi.
Karena barang-barang yang kamu mau, kamu butuhkan dan akan kamu pake itu, bakalan terus diproduksi pabrik.
Nggak pun dibeli hari ini, besok-besok pabriknya masih beroperasi. Penjualnya pun masih mau jualan dan ekspedisi masih mau ngirimin barang buat kamu.
Jadi kenapa harus dipaksain belanja hari ini?
Saat budget udah ketat banget, lebih baik ngalah sejenak dan masukin ke budget bulan depan atau nabung dulu sampai uangnya terkumpul.
Toh barang itu bakalan tetap ada. Hari ini besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan.
It will always be there. Nungguin kamu punya uang. Nungguin budget kamu cukup untuk belanja.
7. Bakalan nyesal nggak gua beli ini?
Dan inilah pertanyaan terakhir yang paling tricky.
Bakalan nyesal nggak sih gua beli ini?
Karena menyesal adalah perasaan yang buruk. Lebih baik kecewa, sedih, apapun itu, asalkan nggak menyesal.
Karena nyesal itu kayak bilang sama diri sendiri. ‘Kenapa saya nggak dengarin kata kamu?’
Yep! Kamu mesti tanyain kepada diri sendiri, bakalan nyesal nggak gua beli ini?
Apakah saya akan nyesal setelah belanja ini?
Kalo jawabanmu adalah anggukan, artinya ada kemungkinan kamu menyesal, maka segera lari dari toko tersebut, segera tutup layar online shop di smartphone.
***
Kadang kebelet belanja bisa muncul begitu saja. Mereka datang dengan dorongan yang kuat.
Tapi, coba deh pikir baik-baik sebelum membeli apapun itu.
Karena in the end, kamulah orang yang harus peduli pada dirimu sendiri.
Sehingga kamu harus bisa mikirin masa depan, nggak cuman mikirin hari ini atau bulan ini atau tahun ini.
Dan saat kamu hemat dan berhasil menahan diri saat kebelet belanja, kamu sudah bisa menyisihkan uang demi masa depanmu sendiri. Yeay!!
Baca Juga :
- Perlukah Merencanakan Dana Pensiun?
- Mengelola Keuangan ala Orang Terkaya di Babilonia
- 5 Mindset Bebas Hutang
Link Wartadana :
- Instagram wartadanablog
- Twitter wartadanacom
- Pinterest wartadana
Terima kasih sudah main ke wartadana.com
REFERENSI FINANSIAL KAUM MILLENNIALS
Jika kamu adalah pengguna Pocket, connect dengan saya di sini.