KONTEN ARTIKEL
1. Belajar Mengenal Kredit Bank
Wartadana tahu, judulnya membosankan dan serius. Tapi sebelum kamu mutusin untuk ngambil kredit di Bank, cobalah untuk mengenal kredit Bank terlebih dahulu.
Hal ini akan menghemat waktumu yang sangat berharga.

Wartadana selalu saranin siapapun untuk realistis.
Agar saat kamu sudah paham seperti apa kondisimu dan tau kemungkinan bisa dapat kredit atau nggak, kamu akan hemat banyak waktu dan effort.
Dibanding mencoba tetap optimis dan Bank shopping – masuk ke gedung Bank satu per satu untuk nanyain kredit dan segala macam.
Anyway, yok!
a. Pengertian Kredit Bank
Kredit adalah kata yang berada dari Bahasa Latin yaitu credere yang artinya adalah kepercayaan.
Jadi bicara soal kredit adalah bicara soal kepercayaan yang diberikan kepada orang yang akan meminjam uang.

Konsep inilah yang paling penting tapi sekaligus sering disalahpahami oleh banyak orang.
Kamu bisa datang ke bank dengan :
- penampilan paling bonafide,
- ponsel paling canggih yang pernah dilihat Bank officer-nya,
- mobil paling keren yang pernah parkir di depan gedung Bank tersebut,
tapiii, saat Bank oficer-nya ngerasa off alias nggak nyaman, mereka tetap nggak akan ambil risiko apapun untuk kamu.
Karna kembali lagi.

Saat Bank nggak percaya, bagaimana bisa mereka membantu berjuang untuk kamu?
Wartadana tahu, marketing Bank nggak punya kuasa sebesar itu, untuk menentukan layak atau nggaknya kamu untuk dapatin kredit dari Bank.
Tapi, mereka adalah jembatan. Merekalah yang akan membuat proposal kredit kepada pihak yang berhak memutuskan kredit.
Jadi, poin pertamanya adalah gimana kamu bisa dapatin kepercayaan dari Bank melalui Bank officer.
b. Percaya Saja Nggak Cukup
Dalam perkembangannya, kredit di Bank nggak bisa hanya berlandaskan kepercayaan saja.
Kompleksitas pihak peminjam hingga kondisi sosial ekonomi, mengharuskan adanya kajian dan dasar yang jelas dalam setiap pemberian kredit.
Karna kembali pada konsep bisnis Bank itu sendiri.

Bank adalah hub alias penghubung antara orang-orang yang punya uang dan mau menyimpan uang dengan orang-orang yang butuh uang hingga perlu meminjam uang.
Jadi Bank bukan meminjamkan uang mereka sendiri kepada debiturnya. Bank meminjamkan uang Penabung alias Deposan kepada Debitur.
Sehingga mereka perlu bertanggungjawab terhadap Deposan dengan pemberian kredit yang prudent (bijak).
Hal inilah yang jadi alasan kenapa Bank itu terkesan ribet dan SOP-nya terkesan bertele-tele.

Balik lagi pada masalah kepercayaan. Karna percaya aja nggak cukup.
Nggak mengherankan kalo kredit itu nggak bisa langsung jadi, melainkan harus mengikuti prosedur.
Tapi saat paham alur dan prosesnya, kamuakan kaget betapa sederhananya kredit di Bank.
Baca Juga : 10 Alur Kredit di Bank
c. Bank Punya Standar
Dalam proses mencoba mengenal kredit Bank, kamu harus tahu bahwa Bank adalah institusi yang punya standar.
Selama calon peminjam masuk dalam standar bahkan melewati standar itu, pengajuan kredit akan lancar jaya.
Yang sering jadi masalah adalah saat data Calon Debitur sedikit di bawah standar, sehingga membutuhkan waktu dan proses lebih bagi Bank untuk menilai kelayakan kredit yang akan mereka cairkan.

Karna standar inilah yang membuat nasabah tetap percaya pada Bank.
Coba bayangkan saat kamu menyimpan uang di sebuah Bank, tetapi meragukan kemampuan manajemen Bank dalam mengelola keuangannya.
Apa bisa tidur nyenyak sebelum menarik keluar dana?
d. Gimana Bank Bisa Dapat Untung ?
Gimana cara Bank dapatin keuntungan?
Sesuai dengan sifatnya, Bank menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat.
Dari dana-dana yang dikumpulkan, Bank memberikan bunga / imbal jasa.
- Rekening tabungan di Bank mendapatkan bunga tabungan.
- Giro di Bank mendapatkan jasa giro.
- Buka deposito di Bank mendapatkan bunga deposito.

Istilahnya cost of fund.
Baca Juga : 5 Sumber Keuntungan Bank
Nah, dana yang Bank himpun tadi akan disalurkan oleh Bank dalam bentuk pembiayaan alias kredit.
Dalam pemberian kredit, Bank akan membebankan bunga kredit kepada nasabahnya.
Bunga kredit inilah yang akan menjadi sumber keuntungan utama Bank. Tentunya keuntungan bersih setelah mengurangi biaya modal dana, biaya operasional dan cadangan kerugian terlebih dahulu.
e. Kenapa Mengajukan Kredit Itu Susah?
Kenapa sih ngajuin kredit Bank itu susah banget? Rasanya bertele-tele?
Balik ke kalimat sebelumnya. Selama data bagus dan sesuai standar Bank, pengajuan kredit harusnya nggak rumit.
Tapi saat data nggak sesuai dengan standar Bank, maka pengajuan kredit terasa rumit luar biasa.
Makanya, ngajuin kredit ke Bank itu sifatnya susah-susah gampang.
- Kalo data bagus, Bank nggak akan mempersulit.
- Tapi kalo data ‘sedikit’ berbeda, maka akan lebih rumit.
Kenapa Bank berlaku demikian?

Sehingga saat terjadi kondisi paling jelek, dimana ada nasabah yang meminjam dan nggak mampu mencicil kembali, maka hal ini menjadi tanggung jawab Bank.
Memang benar Bank bisa menyita jaminan kredit tersebut. Tapi menyita jaminan bukanlah opsi utama Bank saat mereka mencairkan kredit.
Tujuan utama Bank saat mencairkan kredit adalah dapatin bunga kredit dari pembayaran rutin Debiturnya.
Jadi mereka akan berupaya keras memastikan Calon Debiturnya bisa melakukan pembayaran rutin tersebut sampai kredit lunas.
f. Menyita Jaminan Bukan Solusi
Kembali pada poin menyita jaminan. Menyita jaminan nggak semudah bacaan di koran.
Ada proses kayak gini :
- Meminta penghuni untuk mengosongkan jaminan. Kebayang menyuruh satu keluarga untuk keluar dari rumah yang sudah bertahun-tahun mereka huni?
- Meminta Debitur untuk menyerahkan jaminan secara sukarela. Kebayang meyakinkan Debitur untuk melepas jaminannya.
- Menjual jaminan tersebut ke pasaran. Bayangkan waktu yang dibutuhkan untuk menjual satu rumah tinggal dan bayangin orang-orang haus untung yang menawar jauhh di bawah harga pasar saat tahu kalo bangunan tersebut adalah aset sitaan Bank.
- Membayar biaya maintenance, selama jaminan tersebut berada di bawah pengawasan bank. Bank tetap harus bayar biaya listrik hingga asuransinya.
Kemudian ada pertanyaan selanjutnya :
Saat jaminan sitaan belum berhasil terjual, apakah dana Deposan alias penabung berkurang? Karna kan dana penabunglah yang dipinjamnkan oleh Bank kepada Debitur.
Nggak sama sekali. Dana pihak ketiga tetap utuh.
Karna bisnis Bank adalah sebagai penghubung. Sehingga saat ada pihak yang wanprestasi, Banklah yang harus menanggung kerugian tersebut.
Saat ada kredit yang macet alias non performing loan, Banklah yang harus mengeluarkan cadangan kerugian terhadap kredit tersebut.
Cadangan ini akan menggerus laba. Sehingga seperti di kasus di atas, Bank Permata merugi habis-habisan.
Makanya dalam proses pemberian kredit, Bank akan memastikan bahwa risikonya sudah paling rendah. Sehingga Calon Debitur mampu melunasi kreditnya.
g. Tips Mengajukan Kredit Bank
Setelah mencoba mengenal kredit Bank pada umumnya, wartadana bagikan 2 tips terkait gimana caranya mengajukan kredit Bank.
Tips 1 :
Jika kamu sedang mengajukan kredit dan Bank terkesan cari-cari asalan untuk menolak, bisa jadi Bank belum percaya akan kemampuan kamu dalam mengembalikan kredit tersebut.
Saran wartadana nggak usah emosi. Karna itu adalah mekanisme defense Bank karna mereka masih ragu.
Ya move on, cari bank lain. Toh sekarang kalo nggak mau pembiayaan melalui Bank, nasabah punya akses ke pembiayaan peer to peer.
Tips 2 :
Tapi di luar sana ada banyak bangett oknum yang tega memanfaatkan kondisi demi kepentingan mereka sendiri.
Jika petugas Bank yang terkesan mencari-cari alasan, bisa jadi mereka ingin meminta sesuatu dari Calon Debiturnya.
Praktik ini melanggar kode etik. Tapi banyak petugas Bank yang melakukannya.
Saat kamu jumpai oknum begini, kembali pada pertimbangan masing-masing.
2. Kredit Bank Berdasarkan Sifat
Sifat kredit itu hanya ada 2 yaitu konsumtif dan produktif.
a. Kredit Konsumtif
Kredit konsumtif bertujuan untuk keperluan konsumsi, yang artinya peminjam menggunakan uang untuk membeli sesuatu yang mereka pakai.
Contoh :
- KPM / KKB = Kredit Pemilikan Mobil,
- KPR = Kredit Pemilikan Rumah,
- KMG = Kredit Multiguna,
- KTA = Kredit Tanpa Agunan
- Pinjaman Tunai Kartu Kredit
Baca Juga : Syarat KPR Bank
Kredit konsumtif artinya dengan menggunakan dana Bank, kamu membeli aset yang kamu gunakan seorang diri, atau kalopun nggak menambah aset, uangnya kamu gunakan untuk keperluan pribadi.
Percaya atau nggak, kredit multiguna bisa dipake untuk modal awal nikah, atau uang masukin anak buat kuliah atau sekedar buat jalan-jalan.
Namanya kan multi guna, bebas bebas mau dipake untuk apa oleh si peminjam. Dengan catatan bahwa mereka mampu melunasinya.
b. Kredit Produktif
Kredit produktif bertujuan untuk keperluan usaha. Jadi Bank meminjamkan uang kepada kamu untuk diputar ke dalam usaha.
Contoh : beli ruko yang dijadikan toko merupakan kredit produktif.
Beli mobil pick up / single cabin juga kredit produktif, digunakan untuk mengantar barang-barang.
Singkatnya kredit produktif kamu gunakan untuk membeli aset yang dapat menghasilkan uang atau untuk modal kerja usaha.
Kredit Produktif terbagi atas :
1. Kredit Modal kerja
Kredit modal kerja Bank untuk membiayai perputaran modal kerja usaha.
Dalam konsep pembiayaan Bank, pembiayaan modal kerja ini masih dikategorikan pembiayaan jangka pendek, yang maksimalnya adalah 1 tahun.
Pembiayaan modal kerja adalah membiayai trading asset. Artinya, modal kerja membiayai piutang dan persediaan barang dagangan.
Tapi ada juga beberapa Bank yang bisa membiayai kontrak pekerjaan seperti tender dengan BUMN atau Pemerintah.
2. Kredit Investasi
Kredit investasi digunakan untuk membiayai pembelian aset produktif.
Jadi beli mobil pick up masuk ke kredit investasi. Beli ruko sebagai lokasi toko, itu masuk ke dalam kredit investasi.
Kredit investasi ini digolongkan pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang.
Karena sifatnya yang membeli aset produktif, maka pembayarannya biasa dilakukan lebih dari 1 tahun.
Dalam kredit investasi, objek investasi itu sering dijadikan jaminan. Misalnya pinjam buat beli ruko, maka jaminannya adalah ruko tersebut.
c. Jenis Kredit vs Pengajuan Kredit
Apa hubungan jenis kredit dengan proses pengajuan kredit Bank?
Banyak Bank di luar sana, memisahkan antara petugas untuk kredit konsumsi dengan petugas kredit untuk usaha.
Jadi Bank membagi divisi kreditnya dalam kategori-kategori yang sesuai dengan tujuan Calon Debitur minjam uang.
Saat kamu butuh uang untuk beli rumah, carilah Bank yang punya fasilitas KPR yang sifatnya konsumsi.
Caranya dengan melihat situs Bank tersebut dan lihat jenis kredit yang mereka tawarkan.
Kamu akan terkejut saat tahu bahwa ada beberapa bank besar di luar sana yang nggak lagi membiayai fasilitas kredit KPR. Contoh : BTPN.
Jadi poin pertama : ketimbang ngabisin waktu keluar masuk satu Bank ke Bank lain, mencari tahu fasilitas kredit dari Bank yang kamu incar, akan menghemat banyak waktu.
Poin kedua adalah saat kamu datang ke Bank dan paham apa yang kamu butuhkan, orang Bank nggak akan sembarangan ngomong.
Karna petugas Bank tahu kamu bukan tipikal nasabah Bank yang nggak ngerti Bank.
Contoh kamu datang ke Bank untuk pinjaman modal usaha, artinya bukan meminjam KPR. Karna KPR untuk konsumsi, bertolak belakang dari pinjaman modal usaha.
Memang ini masalah penggunaan kata-kata. Tapi semakin baik kamu tampilkan dirimu kepada petugas Bank, tentu semakin besar trust level yang terbangun.
Ingat lagi, bahwa kredit adalah kepercayaan. Jadi, win their trust first.
3. Cara Pembayaran Kredit
Membicarakan tentang kredit Bank identik dengan ngomongin gimana cara mengembalikan uang pinjaman tersebut.
Setelah kredit cair, nasabah punya dua kewajiban terhadap Bank, yaitu kewajiban bunga dan kewajiban pokok.
Ada 2 cara pengembalian kredit ke bank :
a. Cicilan Pokok dan Bunga
Ciciclan pokok dan bunga adalah metode pembayaran yang paling umum untuk pinjaman konsumsi dan kredit investasi.
Untuk kredit konsumsi, pembayaran dilakukan dengan cicilan per bulan.
Tujuannya adalah memecah kewajiban nasabah menjadi angka kecil, sehingga Calon Debitur mampu memenuhinya.
Hal yang sama berlaku untuk kredit investasi.
Makanya saat mengambil KPR, kamu mencicil cicilan KPR (pokok & bunga) ke Bank. Saat mengambil KKB / KPM, kamu mencicil kewajiban pokok & bunga ke Bank.
b. Cician Bunga Rutin + Pokok Di Akhir
Metode ini berlaku untuk kredit modal kerja.
Misalnya kamu diberikan fasilitas PRK (Pinjaman Rekening Koran), yang dikenal sebagai standby loan.
Maka kewajiban setiap bulan adalah menutupi bunga pemakaian kredit.
Nanti saat menerima pembayaran hasil usaha barulah Debitur mengembalikan pokok pinjamannya.
Bagian cara pembayaran kembali adalah informasi tambahan. Untuk ngasih tau bahwa ada cara pengembalian seperti ini.
Tetapi, saat mengambil KPR, cara pembayaran kembali hanya 1 yaitu cicilan pokok & bunga rutin setiap bulannya.
4. Perlukah Jaminan Kredit ?
Pertanyaan yang sering muncul saat orang mau minjam uang adalah :
Saya nggak punya jaminan, apakah bisa minjam ?
Jawabannya BISA. Dengan meminjam Kredit Tanpa Agunan.
Sesuai dengan namanya, KTA berfungsi sebagai pinjaman bagi pihak yang nggak bisa memberikan jaminan kredit.

Tanpa jaminan, saat macet kemungkinan hangusnya hampir 100 %. Sehingga karena risiko yang besar, maka bunga pinjaman KTA sama besarnya.
Pertanyaan untuk calon peminjam adalah mau nggak sebagai peminjam, membayar bunga tinggi seperti bunga KTA?
Kalo mau, fine! Tinggal ajukan KTA.
Tapi saat nggak mau bayar bunga tinggi sementara nggak punya jaminan, saat inilah orang ngerasa Bank itu ribet. No offense ya!
a. Jaminan Kredit Pemilikan Rumah
Saat mengajukan KPR atau KKB, objek yang kamu beli dapat dijadikan jaminan.
Jadi saat mengajukan KPR, maka rumah yang kamu belilah yang akan menjadi jaminan kredit tersebut.
Saat mengajukan KKB / KPM, maka mobil yang kamu belilah yang akan menjadi jaminan kredit.
b. Jaminan Kredit Usaha
Saat meminjam untuk keperluan usaha, apa aset yang dapat kamu jaminkan?
Bank suka dengan jaminan fixed asset.
Fixed asset adalah aset nggak bergerak, sifatnya diam di satu tempat. Contoh : rumah, ruko atau tanah kosong.
Gampangnya apapun yang berbentuk tanah, baik di atasnya ada bangunan atau nggak. Walopun tanah dengan bangunan lebih bernilai daripada tanah kosong saja.
Alasan Bank lebih memilih fixed asset :
- Harga yang cenderung naik (asumsinya nggak akan pernah ada tanah baru lagi).
- Lokasinya tetap, jadi peminjam nggak bisa melarikan jaminan.
Baca Juga : 5 Kriteria Jaminan Yang Dihindari Bank
c. Jaminan Kendaraan / Mesin
Apakah dengan demikian Bank nggak menerima jaminan kendaraan atau mesin?
Nggak! Bank tetap bisa menerima jaminan seperti mobil, mesin, alat berat, persediaan bahkan jaminan Deposito.
Baca Juga : Kredit Back To Back
Tapi tetap harus disesuaikan dengan SOP Bank tersebut, karena beda Bank akan beda cara main.
Plus, saat pinjaman kamu masih dalam angka yang nggak signifikan, maka Bank nggak akan mau terlalu repot ngurusin.
Effort nggak sebanding dengan return. Sehingga biasanya nggak akan dapat respon positif banget. Bank tetap meminta jaminan fixed assets.
5. Mengenal Kredit Bank
Kredit itu sederhana, tetapi karna kebutuhan nasabah bervariasi maka dalam prakteknya timbul banyak jenis kredit.
Yang wartadana jelaskan di atas adalah kredit dalam penjelasan yang sederhana.
Untuk memahami kredit yang sesuai dengan kebutuhanmu, lebih baik berkonsultasi langsung dengan Bank officer-nya.
Jangan sesekali menyembunyikan tujuan kredit atau aspek lainnya. Karna nantinya saran dari petugas Bank nggak akan cocok dengan kondisi kamu.