Masih Menguntungkankah Investasi Jangka Panjang?
Kali ini wartadana ajak kamu berandai-andai tentang wujud investasi jangka panjang, apakah masih menguntungkan?
Pertanyaan ini terdengar lucu, karna semua orang tahu investasi haruslah sepanjang mungkin, agar hasilnya lebih maksimal.
Tapi pertanyaan besarnya harus dijawab terlebih dahulu : apakah investasi jangka panjang masih menguntungkan?

KONTEN ARTIKEL
1. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang adalah kegiatan menyisihkan uang ke instrumen investasi terpercaya, untuk tenor sepanjang mungkin.
Harapan setiap orang dari investasi jangka panjang adalah mendapatkan keuntungan sebesar mungkin.
Namun, apakah kalimat investasi jangka panjang adalah investasi yang menguntungkan, masih valid?

Yuk mulai dari tahun 2020. Kehancuran pasar keuangan dengan adanya covid-19. Memang recovery pasar keuangan terjadi dengan cepat.
Tapi apakah portofolio investasimu bertumbuh di 2020?
Kemudian di 2021 yang begitu promising dengan kehadiran vaksin covid-19, apakah portofolio investasimu tumbuh di 2021?
Sekarang di 2022, masalah lain kembali berhembus di awal tahun. Perang dunia III.
Masih bisa cuankah uang yang kamu investasikan dari tahun 2019 sebelumnya?
2. Instrumen Investasi Jangka Panjang
Membicarakan investasi, tentunya harus disertai dengan instrumen investasinya.
Instrumen investasi adalah jenis investasi yang kamu pilih.
Banyak wujud investasi masa kini, nggak kayak jaman kakek nenek dimana emas dan tanah adalah investasi favorit.
Sekarang kamu bisa investasi saham, peer to peer, reksadana, crypto hingga indeks pasar keuangan luar negeri.
Pilihannya beragam.

Tapi justru dengan pilihan sebanyak ini, sulit memutuskan mau memilih yang mana.
Apalagi untuk kamu yang statusnya masih investor pemula. Kamu hanya tahu bahwa investasi adalah hal yang baik.
Everyone should invest when they were younger. Semua orang harus mulai berinvestasi sejak muda.
Heck yeah! Tapi siapa sih yang bisa ngajarin kamu dari 0?

Mayoritas investor pemula adalah investor otodidak. Harus merangkum informasi dari banyak sumber.
Menggunakan waktu + tenaga + modal untuk menemukan instrumen investasi yang paling tepat untuk dirinya.
Bahkan kalo kamu punya uang untuk diinvestasikan, serta punya waktu untuk mengelola investasi tersebut, kamu masih harus kerjain pe-er besar menemukan instrumen investasi pilihanmu.
3. Rezeki Investasi
Idealnya setiap instrumen investasi adalah sama baiknya.
Investasi ibarat kendaraan, yang membawa kekayaanmu dari hari ini menuju masa depan.
Note bahwa kekayaan bukanlah kondisi kaya raya, melainkan aset yang kamu miliki hari ini.
Tapi di tempat yang namanya bumi, ada sesuatu yang abstrak yaitu konsep rejeki.
Wartadana nggak religius, tapi percaya bahwa ada kekuatan besar yang menggerakkan rejeki.
Kamu bisa mencoba sampai tua, tapi kalo emang nggak rejeki, ya nggak aja.
Begitu juga sebaliknya. Kalo boleh saja malas-malasan, tapi kalo emang rejeki ada aja jalannya.
Kenapa wartadana ngomongin rejeki di artikel investasi jangka panjang?
Karna in the end, tujuan setiap orang berinvestasi adalah untuk mendapatkan keuntungan.
Tetapi sebelum sampai pada proses dapatin untung, kamu harus belajar mengenali karakter kamu serta instrumen investasi yang kamu pilih.
Makanya penting untuk ngomongin rejeki di awal sekali. Untuk memastikan bahwa setiap orang yang terjun berinvestasi, nggak cuman mengerti bahwa ada potensi keuntungan.
Melainkan ada juga potensi merugi atau kemungkinan investasi tersebut emang bukan rejeki orang tersebut.
Memang terdengar kayak pembenaran orang yang kalah trading. Tapi it is what it is.
Karna apapun yang bukan hak kamu, nggak akan jadi milik kamu. No matter how hard you try. Nggak peduli seberapa besar biaya kursus investasi yang kamu keluarin.
Begitu juga sebaliknya.
4. Tenor Investasi vs Kamu
Tenor investasi adalah lama horizon berinvestasi yang kamu pilih.
Dalam konteks investasi jangka panjang, tentunya kamu letakkan dalam waktu lebih dari 5 tahun, atau hingga puluhan tahun ke depan.
Melihat waktu yang panjang, timbul satu pertanyaan penting yaitu seberapa siap kamu untuk bertindak, saat terjadi perubahan kondisi secara mendadak?
Yes, pertanyaan ini penting untuk kamu jawab.
Karna banyak orang berinvestasi dalam mode beli simpan.
Ya, mode ini mungkin tepat untuk sesuatu yang namanya emas. Tapi kurang tepat untuk instrumen investasi lainnya.
- Emas yang kamu beli, kamu simpan di rumahmu atau di SDB kamu.
- Berada dalam pengawasan kamu.
- Bisa dijual kapan saja.
- Bisa kamu gadaikan kapan saja.
- Nilainya juga nggak mendadak terjun payung.
Wajar kalo kamu beli dan simpan.
Obligasi negara juga bisa kamu perlakukan dalam mode beli simpan. Tinggal kekep sampai jatuh tempo saja, karna harganya akan kembali ke 100 %. Sementara kupon rutin masuk ke rekening kamu.
Tapi coba bayangkan beli simpan untuk instrumen lain, kayak reksadana atau saham.
Tutup mata saja. Dengan harapan setelah 10 atau 20 tahun ke depan, harganya terapresiasi oleh pasar.
Well, praktik beli simpan adalah jualan pasar keuangan. Karna semakin banyak orang yang beli tanpa jual, akan semakin stabil kondisi pasar.
Tapi apakah menguntungkan untuk kamu sebagai investor?
Ya, menguntungkan kalo rejeki kamu, membuatmu memilih investasi yang tepat.
Sementara merugikan saat kamu salah pilih investasi.
Contoh : saham sejuta umat favorit : UNVR. Unilever, perusahaan bagus, produk premium, manajemen oke. Nggak ada cela.
Harga UNVR di Feb 2022, sama dengan harga UNVR di tahun 2012 kisaran Rp 3.800. Nggak ada untungnya.
Contoh II : saham favorit lainnya : BBCA. Bank BCA, Bank swasta premium.
Harga BBCA di Feb 2022 Rp 7.900, sementara harganya di 2012 adalah Rp 1.400. Gain 460 % dalam waktu 10 tahun.
Dari kedua contoh ini, wartadana ingin poin bahwa investasi jangka panjang nggak selalu menguntungkan.
Tapi kalo kamu siap untuk mengambil langkah, saat terjadi perubahan kondisi, potensi keuntunganmu bisa lebih besar dari potensi kerugian.
5. Belajar Gaya Investasi
Kesimpulan akhir dari artikel ini adalah untuk mengajak kamu belajar investasi sebelum terjun langsung.
Bukan nggak boleh terjun langsung. Karna ada baiknya learning by doing.
Tapi sedikit pengetahuan nggak akan melukaimu.
Justru kucuk-kucuk berinvestasi dengan mode jangka panjang, tanpa belajar, membuat kemungkinan merugi lebih besar dari potensi cuan.
Karna mindset yang salah, taunya mau cuan. Nggak ngerti potensi rugi. Nggak bisa bertindak kalo benaran rugi.
Diam diam bae, berharap angin berubah arah.
Padahal dibanding nunggu angin atau sinyal dari langit, mengambil kontrol sendiri dengan belajar sampai pede bikin keputusan mandiri, jauh lebih cepat.
Idealnya saat kamu dewasa, hidup kayak work against you.
Ibarat selalu dijegal semesta.
Padahal ya, bisa jadi bukan jegalan. Mungkin colekan untuk upgrade diri.
Dengan menyisihkan waktu serta effortnya, kamu bisa belajar sambilan upgrade diri.
Fiuh, artikel ini terdengar kayak motivasi pula.
Padahal intinya wartadana hanya mau poin bahwa investasi jangka panjang atau jangka pendek, haruslah bisa menguntungkan kamu.
Tapi sebelum sampai pada proses cuan, tentunya ada proses lain yaitu belajar dan mencoba.
Nggak harus satu investasi saja, nggak harus satu teknik investasi saja.
Semakin banyak kamu mencoba gaya investasi / instrumen investasi, akan semakin banyak pengalaman yang kamu kumpulin.
Percaya deh, di waktu yang tepat, pengalaman akan jadi jaring penyelamatmu.
Jadi investasi jangka panjang, apakah masih menguntungkan?
- menguntungkan kalo kamu memilih instrumen yang tepat dan mengerti proses investasi tersebut sehingga bisa membuat keputusan yang menguntungkan kamu.
- merugikan saat kamu memilih instrumen yang nggak tepat, serta nggak bisa membuat keputusan investasimu sendiri.
Segini ngomongin investasi jangka panjang.