Investasi Reksadana dengan Kartu Kredit?
Berkaca dari sebuah artikel di luar sana yang memberi solusi ‘surga’ untuk investasi reksadana dengan kartu kredit, saya bikin artikel ini.
Memang benar tujuan penulisnya menulis artikel itu adalah baik. Untuk ngajakin orang lain berinvestasi.
Tapi caranya yang kurang tepat. Karna nggak ada cerita : ‘berinvestasi dengan hutang’.
Yok, mari perjelas konsep berhutang dan kenapa nggak boleh investasi reksadana dengan kartu kredit.
KONTEN ARTIKEL
1. Aset Konsumsi vs Aset Investasi
Aset adalah harta yang kamu miliki.
Dalam hidupnya, orang bisa punya 2 jenis aset berikut :
- aset konsumsi, contoh rumah yang kamu tinggali atau kendaraan bermotor yang kamu gunakan.
- aset produktif, contoh mesin untuk usaha, atau bangunan toko untuk jualan.
Ada perbedaan dasar antara berinvestasi menggunakan hutang vs membeli aset konsumsi / aset produktif dengan hutang.
Saat kamu berhutang untuk membeli aset ada dua opsi :
- membeli aset konsumtif, untuk kamu gunain sendiri, atau
- mengakuisisi aset produktif dalam membantu kamu membuat penghasilan.
Kesimpulannya aset yang kamu beli akan ngasih manfaat tambahan dalam hidupmu secara langsung.
Investasi
Saat kamu berinvestasi, kamu nempatin uang dengan harapan akan dapatin cuan di kemudian hari.
Artinya manfaat dari investasi tersebut nggak langsung kamu nikmati, sementara uangnya kamu keluarin hari ini.
Contoh saat investasi reksadana.
Tentunya kamu beli reksadana untuk di-hold dalam beberapa periode, sembari menunggu harganya naik.
Rule of thumb-nya sederhana, saat kamu belum mau menyisihkan uangmu untuk tabungan rutin untuk hari ini, kamu belum layak untuk investasi dan mikirin masa depan.
2. Gimana Cara Untung dari reksadana?
Reksadana adalah investasi yang sifatnya kolektif dan sangat terjangkau.
Dengan modal 100 ribu, siapapun sudah bisa berinvestasi reksadana.
Dan mendengar kata ‘investasi’ modal uang 100 ribu, siapa yang nggak mau coba?
Tapi pernah nggak membayangkan, bagaimana bentuk keuntungan dari investasi reksadana?
Karna untung reksadana itu hanya timbul dari selisih antara harga beli dan harga jual.
Contoh :
Kamu beli reksadana di tahun 2010 sebesar Rp 500.000 dengan harga reksadana per unit sebesar Rp 1.250.
Berarti unit reksadana yang kamu miliki adalah 400 unit (Rp 500 ribu / Rp 1.250).
Di tahun 2012, kamu menjual reksadana tersebut saat harga per unitnya di Rp 1.350.
Nilai penjualan kamu adalah Rp 540.000 (400 unit x Rp 1.350).
Berapa keuntungan yang kamu peroleh?
Benar!
Rp 540.000 (nilai jual) – Rp 500.000 (harga beli) = Rp 40.000 |
Angka keuntungan ini masih gross, karna belum dikurangi fee penjualan (jika ada) dan biaya lainnya.
Tapi sebelum kamu menjual, walopun di Bloomberg harga reksadana sudah tinggi, artinya ‘kamu belom untung’.
Karna harga reksadana bisa naik turun, takutnya sewaktu kamu butuh uang dan mau jual, malah harga lagi jelek. Sehingga yang terjadi adalah RUGI.
3. Bunga Kartu Kredit
Kartu kredit adalah fasilitas kredit dari bank tanpa agunan yang sifatnya untuk membiayai kebutuhan konsumsi, contoh membeli barang.
Dan kamu diberi kartu yang cara pakenya fleksibel banget, tinggal gesek di mesin lalu masukin PIN, dan taraa! Done.
Bunga kartu kredit saat ini di kisaran 26,95 % hingga 39 %.
Aslinya bunga yang ditetapkan BI adalah 26,95 % tapi masih banyak bank penerbit kartu kredit yang belum menyesuaikan bunga mereka.
Bunga kartu kredit sifatnya flat per tahun dengan term of payment selama sebulan.
Hitungan Cicilan Kartu Kredit
Kamu ambil fasilitas dana tunai dari kartu kredit.
Kalo limit kartu kreditmu adalah Rp 10 juta, maka dapat fasilitas dana tunai 1/2 dari limit yaitu Rp 5 juta.
Tidak ada biaya provisi, hanya bunga sebesar 1 % per bulan, jangka waktu maksimal 24 bulan.
Biaya yang perlu kamu bayar adalah biaya transfer dana sebesar Rp 10 ribu.
Jika kamu manfaatkan fasilitas tersebut sebesar Rp 5 juta, cicilan 12 bulan, bunga 1 % per bulan (beberapa bank penerbit ngasih bunga cicilan lebih rendah dari bunga biasa), berapa kewajiban yang timbul?
Hitungan kewajiban bunga kamu adalah :
Rp 5.000.000 x 12 % (1 % x 12 bulan) = Rp 600.000,- |
Hitungan cicilan kamu per bulan :
Rp 5.000.000 (pokok) + Rp 600.000 (bunga pinjaman) = Rp 5.600.000 / 12 bulan = Rp 466.667 |
Selain cicilan kartu kredit, pembayaran rutinnya juga harus ditambah 2 elemen ini :
- ongkos transfer kartu kredit
- biaya iuran tahunan
Misalnya biaya transfer Rp 5.000 per transaksi, biaya materai gratis karna pembayaran di bawah 1 juta dan iuran tahunan Rp 10 ribu (120 rb / tahun).
Maka cicilan kamu per bulan menjadi Rp 467+5+10 = Rp 482 ribu selama 1 tahun.
Jadi berapa sih biaya pinjaman ini?
Rp 482.000 x 12 bulan – Rp 5.000.000 = Rp 784.000 |
Persentasenya ?
Rp 820.000 / Rp 5.000.000 = 15,68 % |
Jadi, biaya pinjaman kamu sebenarnya adalah 15,68 % bukan 12 % saja. WOW!
4. Return Reksadana
Di bulan Maret 2018, harga IHSG BERJATUHAN sehingga harga reksadana ikut jatuh.
Reksadana yang saya beli, yang di awal tahun 2018 saat IHSG lagi bagus, return-nya bisa 20 % sekarang return-nya turun menjadi 8 %.
Fiuh, update per 2021.
Di posisi Maret 2020, saat market rontok, ada reksadana yang minus sampai 60/70 %.
Seandainya membaca fund fact sheet, nggak akan ada tuh cerita minus-minus seperti ini.
Padahal setiap kali ada gejolak ekonomi, muntah berdarah ngelihatin angka return reksadana di Bloomberg.
Coba bandingin aja, worth it nggak, ngutang dengan bunga 16 % untuk beli reksadana yang return-nya masih bisa naik turun?
Apakah worth it? Apalagi kalo market lagi koreksi, masih worth it?
5. Reksadana vs Kartu Kredit
Cicilan kartu kredit hanya 12 bulan tapi reksadana bisa kamu simpan hingga 3-5 tahun tunggu untung dulu lho….
Nice thought.
Kalo emang ada niat buat nyicil 12 bulan, kenapa nggak nyicil reksadana langsung?
Beli saja dengan skema auto invest.
Kalo bisa dibeli tanpa ngutang kenapa harus membeli dengan ngutang kartu kredit?
Beli dengan auto invest nggak kena biaya 16,4% lho, karna kamu menabung.
Bukan ngutang.
Dan dengan biaya yang lebih rendah, pastinya potensi keuntungan kamu juga lebih besar.
Cari tahu gimana saya investasi auto invest bulanan untuk dana pensiun.
6. A Big No!
Be ready yah!
Ini adalah opini dan saran saya yang jujur. 3 alasan kenapa kamu nggak boleh investasi reksadana dengan kartu kredit
a. Jangan nambahin beban buat diri sendiri
Kalo mau nabung ya nabung saja, untuk apa menabung dengan cara ngutang?
Yang namanya hutang mesti kamu bayar dengan tepat waktu dan sifatnya sangat mengikat.
Biaya denda keterlambatan saat telat bayar dan bunga-nya saja bisa bikin kebakaran jenggot.
Apa namanya itu, kalo bukan nambahin beban pikiran buat diri sendiri?
Come on guys! Masalah bakalan datang, jadi nggak usah kamu yang cariin!
2. Return tergerus bunga kartu kredit
Nggak worth it.
Dengan konsep investasi, seharusnya return yang kamu dapatkan lebih tinggi dari bunga deposito.
Karna kalo sama dengan bunga deposito, kenapa mesti repot mikir banyak-banyak? Depositokan saja dana kamu!
Sewaktu berinvestasi dengan kartu kredit dan cuman dapatin return 5 % net saran saya mending nggak usah beli reksadana sekalian.
Buat apa nambahin pusing kepala mikirin harga reksadana yang naik turun?
Sementara return-nya cuman 5 % net. Nggak cocok!
Mending kamu fokus pada hal lain kayak menambah penghasilan.
3. Investasi bukan ngutang
Investasi jangan kamu campur dengan hutang.
Karna apapun yang campur-campur itu hanya nambah kerjaan.
Plus saat kamu investasi bermodalkan hutang, sebenarnya kamu sadar bahwa kondisi keuanganmu masih sangat rapuh.
Kamu belum siap untuk investasi tapi sudah maksain diri.
Dengan fondasi yang nggak kokoh, saat kena masalah sedikit aja, investasi yang kamu bangun bisa roboh habis rata dengan tanah.
Apa itu yang kamu mau? Just saying ya!
Worth it nggak?
Investasi adalah aktivitas penting dalam perencanaan keuangan pribadi kamu.
Makanya perlu kamu lakukan dengan hitungan yang matang.
Menurut saya pribadi, membeli reksadana dengan kartu kredit adalah aktivitas kurang cerdas, nggak layak dilakuin.
Sama kayak investor saham yang borong saham pake dana margin.
Mungkin kamu bisa untung.
Tapi in the long run, kamu nggak akan bisa ngalahin pasar keuangan dan pelaku pasar keuangan yang jauh lebih licik dari kancil.
Memang investasi itu wajib, tapi harus dimulai dengan cara yang tepat.
Baca Juga :
Link Wartadana :
Terima kasih sudah main ke wartadana.com